"Kamu terlalu ambisius kalau memulai bisnis dalam 3 minggu, sebenarnya waktu kita bahkan cuma sabtu minggu aja untuk ngurus ini semua. Gerobak aja belum jadi, trus kamu kan kerja, belanja keperluan warung kapan sempatnya?" Komentar suamiku kubiarkan masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri... Hehehe jangan marah ya Papa, karena aku sadar, memulai satu langkah penentu ini memerlukan komitmen yang kuat mengingat kita punya pekerjaan lain.
"Papa tenang aja, Pasti bisa. Aku biasa handle segala keribetan pameran di kantor, jadi hal seperti ini Insya Allah bisa, bahkan kalau mau disuruh stand by untuk nunggu booth pameran berdiri jam 12 malem pun aku bisa melek dan masih sanggup persiapinnya," kilahku. "Papa cuma perlu antar aku kemana aja aku mau untuk mempersiapkan segala keperluan warung." Antara percaya dan nggak percaya dia mengiyakan ideku dan siap mendampingiku kapanpun aku belanja. This kind of support is just everything I need to manage everything.
Singkat kata, selama 3 minggu, kami hanya punya waktu 6 hari weekend efektif untuk mondar-mandir membeli list kebutuhan barang serta menyempatkan diri sepulang kerja mencari tahu tempat untuk membeli semua kebutuhan dengan harga miring, mengingat budget yang kami siapkan untuk warung ini relatif terbatas.
Tibalah H-1, tanggal 3 Mei 2014, fisik suamiku sedang tidak sehat karena terlalu banyak kegiatan terkait kerjaannya di kantor maupun dalam mendampingiku merealisasikan pembukaan warung ini. Ya Tuhan, aku harus bisa melakukannya sendiri, ujarku hari itu. Suamiku sempat membantu beberapa hal dan setelah itu aku membiarkannya beristirahat di rumah untuk memulihkan fisiknya.
Waktu sudah menjelang malam, aku harus menyewa mobil pick up untuk mengambil gerobak, mengambil kompor gas dan peralatan lainnya di Ciledug yang sudah pasti macet kalau hari Sabtu. Mengangkat lemari, dilanjutkan membawa semua peralatan yang kusiapkan dirumah ke lokasi warung, sambil menunggu kedatangan karyawan untuk jaga warung. Beruntung aku menemukan sopir mobil pick up yang baik, yang tidak mengeluh ketika aku harus turun sejenak disela-sela perjalanan dan mengangkat barang-barang. Mengandalkan ingatan aku turun membeli barang-barang yang belum sempat dibeli karena kesibukan kerja seperti sterofoam, plastik, dan hal-hal pelengkap lainnya.
Sampailah di tempat dimana aku janji menemui karyawan baruku. Keribetan hari itu benar-benar terasa komplit karena karyawan baruku itu ternyata tidak kunjung datang sementara aku sudah menunggunya lebih dari 30 menit di pos satpam perumahan tempat tinggalku.
"Mas Jay, kamu dimana? Tadi aku minta kamu tunggu di post satpam Melia Garden Graha Raya, kok kamu nggak ada disini? Kita mau angkat barang ke warung sekarang," ujarku panik karena hari semakin malam.
"Ibu, saya ada di sini, di pos satpam." Karena tak kunjung menemukan dia ditempat itu, akhirnya aku minta bicara dengan satpam yang ditempat dia berada.
Ternyata oh ternyata, Jay nyasar ke perumahan Emerald bintaro which is lokasinya 30 menit dari perumahanku. Akhirnya dengan mengelus dada aku memaklumi dia yang baru datang dari Cibinong dan baru pertama kali ke Bintaro yang memang terdiri banyak cluster. Waktu semakin malam, dan untungnya Pak Satpam Emerald Residence bersedia mengantarkan Jay ke tempatku.Terbayang seharusnya jam 8 malam maksimal aku mempersiapkan kebutuhan masakan, sedangkan saat itu, jam 8 malam Jay baru datang dan kami sama-sama menuju warung Bubur Bintaro.
Dalam hatiku aku masih mencoba bertekad untuk memaksakan diri besok harus warung harus buka, padahal tidak ada supervisor atau siapapun yang akan memarahiku kalau aku menundanya, bahkan suamiku memintaku menundanya jika perlu. To me, it's all about commitment. Itulah beratnya mengambil satu langkah penentu, apalagi bagiku ini seperti penentu masa depan. If we're not committed enough to start up, we might just put off our jobs, then we'll miss out the opportunity in front of us. Rasanya banyak orang yang ingin memulai usaha, tapi karena takut mengambil langkah dan terlalu banyak berhitung dengan segala resiko akhirnya kehilangan peluang. Saya nggak ingin itu terjadi besok.
"Tanggal 4 Mei besok harus buka, no matter what it takes." Inilah yang terus bergema di pikiranku. Aku nggak peduli seminggu yang lalu, asisten Rumah tangga yang baru bekerja 5 hari di rumahku, berhenti karena merasa tidak sanggup bangun jam 3 pagi untuk memasak bubur ayam kampung. Rasanya aku tidak peduli dengan semua rintangan itu dan bertekad untuk terus mengatasi apapun rintangan yang datang.
Singkat kata, jam 9 malam kami tiba di warung dan dalam 1 jam kami mengisi warung dengan semua barang. Untunglah aku sudah menyiapkan folder yang berisi sistem sederhana yang bisa Jay ikuti untuk menjalankan warung. Dengan waktu yang sangat singkat aku tak sempat lagi menjelaskan SOP penanganan konsumen, list harga-harga produk, pencatatan sederhana inventory dan pendapatan. Aku memintanya mempelajarinya sendiri dan bergegas pulang untuk mempersiapkan masakan . Sampai di rumah, aku hanya punya waktu 2 jam maksimal untuk mempersiapkan 25 porsi bubur bintaro dan 25 porsi ketupat sayur, karena bagaimanapun juga aku harus tetap beristirahat malam supaya fisik tidak drop.

Semoga Allah memudahkan jalan kedepan, karena bagi kami ini adalah langkah penentu masa depan.
Singkat kata, hari itu kurang dari separo makanan yang terjual tapi kami sangat bersyukur, di hari pertama buka, orang mau mencoba rasa bubur yang baru ini. Rasanya sudah senang sekali pendapatan pertama kami hari itu hampir Rp. 200 ribu. Setidaknya hari ini kami tidak merugi. Yang berharga adalah, kami memantapkan mental sebagai wirausaha, belajar berani mengambil resiko dan menyiasati agar tidak merugi di awal usaha, belajar perencanaan dan manajemen yang lebih baik, belajar mempromosikan produk, dan masih banyak pelajaran lainnya yang berharga. Beberapa teman pesimis, bahwa dengan kesibukan kami sebagai pekerja kantoran kami bisa membuka warung bubur ini. Namun bagi kami, we never know if we never try it. LET'S TRY It, so we know it :)
Pembaca yang dimuliakan Allah, doakan kami ya :-) karena kami punya surprise untuk para penggemar bubur ayam kampung sebagai bentuk rasa terima kasih karena telah memberikan ruang untuk mau mencoba bubur kami yang memiliki rasa yang beda ini. Untuk itu ada sesuatu yang ingin kami hadirkan untuk memanjakan kalian. Buat kami, loyal customers deserve the best. Tapi sabar ya, tunggu dalam 2 tahun, Insya Allah hal itu bisa terwujud. Why does it take so longgggg to make it come true? Karena sesuatu yang dipersiapkan dengan matang, Insya Allah hasilnya baik :) dan syukur-syukur nanti bisa melebihi ekspektasi para penggemar bubur. Amin. Terima kasih untuk siapapun yang membaca ini dan mohon doanya yah, karena doa yang sama akan membuat alam mendukung untuk membantu mewujudkan mimpi ini. Aku menyebutnya mimpi seorang penggemar bubur ...... Amin Ya Rabbal Alamin, kita hanya bisa merencanakan, semoga Allah meridhoi dan mengabulkan.